KAJIAN KRITIS HUBUNGAN
FILSAFAT ILMU DALAM
ASPEK KEBAHASAAN
MORFOLOGI
Tugas Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pembimbing:
Sri Waljinah P

Disusun Oleh :
ARIF KUSDIWANTO
A310100002/ 3F
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
A. Pendahuluan
Jika
kita perhatikan dengan baik, dalam kehidupan sehari-hari banyak masyarakat
disekitar kita yang memakai Bahasa
Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa kedalam tuturan Bahasa
Indonesia. Banyak sekali masyarakat Indonesia yang menggunakan kata-kata yang
tidak baik dan benar ketika melakukan komunikasi.Mereka sering menggabungkan
Bahasa Daerah dengan Bahasa Indonesia yang justru terkesan aneh jika didengar. Selain itu, banyak juga orang yang berbicara
dengan menggunakan Bahasa Indonesia tetapi menggunakan lafal atau intonasi
jawa, batak, bugis, sunda dan lain sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena
sebagian besar bangsa Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Oleh
karena itu dalam pengucapan atau pemilihan kata ketika berbicara menggunakan
Bahasa Indonesiapun tidak tepat. Sehingga menimbulkan banyak keanehan dan
kejanggalan makna ketika kata itu diucapkan. Selain itu, dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia sejak sekolah dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan
oleh guru adalah “huruf” walaupun yang dimaksud adalah fonem. Mengingat
keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran tentu
perlu diadakan penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk
mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam Bahasa Indonesia, sudah
seharusnya kata-kata atau intonasi khas dari daerah tersebut perlu dikurangi
jika mungkin bisa dihilangkan saja. sebagai seorang calon pendidik, tentunya kita
harus bisa menghilangkan pengertian-pengertian yang salah tersebut. Seorang
calon pendidik harus bisa memahami struktur morfologi dan fonologi Bahasa
Indonesia. karena keduanya merupakan hal yang saling berkaitan. Jika sebuah
pemilihan kata dan pengucapan kata tersebut juga salah, maka hal tersebut akan
sangat berpengaruh terhadap makna yang terbentuk.
Filsafat ilmu berasal dari
kata Yunani, philosophia, yang berarti cinta akan kebijaksanaan. Filsafat
sebagai salah satu pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka (Poedjawiyatna,
dalam Suharti,2012:2). Filsafat ilmu sebagai cabang ilmu pengetahuan adalah
bidang yang memiliki obyek kajian universal. Aspek-aspek kehidupan manusia
secara keseluruhan tercakup dalam filsafat ilmu. Bidang kajian yang universal
itu memungkinkan filsafat untuk bekerja sama dengan cabang ilmu pengetahuan
lain. Cabang ilmu pengetahuan lain yang menjadi perhatian di antaranya adalah
bidang bahasa. Para ahli filsafat memandang aspek-aspek kebahasaan sangat
diperlukan untuk menyampaikan dan menjelaskan hal-hal yang menjadi permasalahan
dan kajian filsafat sebagai ilmu pengetahuan.
B.
Kajian Mengenai Morfologi
Bahasa adalah alat komunikasi yang penting
dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasa dapat disampaikan pesan, maksud,
dan tujuan penutur kepada lawan bicara. Ilmu lingusistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai
objek kajiannya. Morfologi merupakan cabang ilmu
linguistik yang mempelajari mengenai morfem dan kombinasinya. Morfologi
merupakan satu sistem dari suatu bahasa dalam arti luas sehingga struktuk kata
yang senantiasa membentuk kalimat-kalimat tentu mengalami perubahan sesuai
dengan jenis kata atau makna kata yang dikehendaki oleh penutur atau
penulisnya. Dengan demikian, morfologi memiliki keleluasan dalam proses
pembentukan morfem, kata dan kombinasi-kombinasinya baik pada kategori morfem
bebas maupun terikat. Morfem merupakan
satuan terkecil dalam kata yang tidak dapat diuraikan lagi dalam kalimat. Sebagai
satuan terkecil morfem ini merupakan satuan gramatikal yang memiliki makna. Morfem
dibedakan atas tiga bagian: 1). Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri
sendiri dalam hal makna. 2). Morfem setengah bebas adalah morfem yang memiliki
makna, tetapi tidak dapat berdiri sendiri jika tidak bergabung dengan morfem
lain. 3). Morfem terikat adalah morfem yang selalu melekat pada morfem lain
atau dapat memiliki makna sebelum bergabung dengan morfem lain. Selain
morfologi, fonologi juga merupakan cabang ilmu linguistik.
C. Kelemahan dan Kelebihan
Morfologi
merupakan cabang ilmu linguistik. Kelebihan aspek aksiologi dari mempelajari
morfologi adalah dengan mempelajari morfologi kita dapat menentukan sebuah
bentuk itu merupakan morfem atau bukan. Selain itu, kita juga dapat mengidentifikasi bagaimana proses pembentukan
morfem-morfem tersebut tersebut menjadi sebuah
kata sehingga kata tersebut dapat digunakan dan diaplikasiikan secara
baik dan benar. Jadi, dengan mempelajari morfologi memang banyak manfaat dan
kelebihan yang bisa kita dapat. Meskipun
terdapat banyak kelebihan tak berarti bahwa morfologi tidak mempunyai kelemahan.
Kelemahan morfologi yaitu sulitnya untuk membedakan apakah itu morfem ataukah
kata. Karena kata dan morfem memiliki sedikit kemiripan jika tidak
diidentifikasi secara teliti.
D. PENUTUP
Berdasarkan
kajian di atas terdapat
kaitan antara filsafat dengan bahasa. Bahasa dapat dikatakan sebagai sumber
perhatian dari filsafat. Morfologi merupakan cabang ilmu
linguistik yang mempelajari mengenai bentuk kata. Satuan terkecil dari sebuah
kata yang tidak dapat dipisahkan lagi disebut dengan morfem. Jenis morfem ada
tiga yaitu a). morfem bebas, b). morfem setengah bebas dan c). morfem terikat. Hal ini menegaskan bahwa peran filsafat ilmu dalam
perkembangan bahasa menunjukkan hubungan yang saling berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
Suharti, Ermi. 2012. Pengantar
Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Prajnya Ilmu
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta
Nasucha, Yakub dkk.
2010. Morfologi. Surakarta : Yuma Pustaka